Kamis, 04 Desember 2014

KEWIRAUSAHAAN



MENJADI BOSS, MENGAPA TIDAK? [1])
Oleh : Drs. Djoko Sutanto, M.Si [2])

Banyak mahasiswa yang memiliki pemikiran sempit, dimana ketika mereka sudah mendekati masa kelulusan maka yang terpikir olehnya adalah bagaimana dia mencari pekerjaan. Pernah suatu saat ketika kami mengantarkan mahasiswa melaksanakan kuliah kerja lapangan ke suatu industri, salah seorang mahasiswa dengan kata-kata yang memelas menginginkan mendapatkan prioritas untuk dapat diprioritaskan masuk dalam dunia kerja di perusahaan tersebut. Sangat memalukan!, begitu komentar salah satu rekan pembimbing.
Gambaran diatas menunjukkan betapa pada saat ini masih banyak mahasiswa yang berfikir feodalistik, dalam artian ketika mereka lulus kuliah  memiliki patokan untuk bekerja di kantor, atau perusahaan, atau instansi manapun dengan status sebagai pegawai. Ketergantungan yang demikian ini menjadikan semakin menambah jumlah pengangguran intelektual. Hal inilah yang seringkali menjadikan perguruan tinggi mendapat gelar sebagai “Pencetak Pengangguran Intelektual”. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa kultur masyarakat juga menjadi penyebab munculnya permasalahan tersebut.
KEWIRAUSAHAAN: SEBUAH JALAN KELUAR
Sektor informal merupakan salah satu jalan keluar untuk menyelesaikan masalah ketenaga kerjaan di belahn dunia ini. Pilihan terhadap sektor informal dalam memecahkan tenaga kerja ini karena sektor informal memiliki beberapa karakteristik (Gilbert dan Gugler, 1996) yaitu:
1.      Mudah untuk dimasuki.
2.      Bersandar pada sumber daya lokal.
3.      Usaha milik sendiri.
4.      Operasi dalam skala kecil.
5.      Teknologinya bersifat adaptif.
6.      Tidak terkena regulasi, dan;
7.      Pasarnya bersifat kompetitif.
Kewirausahaan adalah sebuah alternatif yang tepat untuk menyelesaikan masalah ketenaga kerjaan yang saat ini sedang dihadapi oleh Indonesia, dan dimasa-masa yang akan dating masalah ini akan terus berkembang ke masalah yang semakin rumit. Dengan kewirausahaan maka perlahan tetapi pasti akan menumbuhkan pengusaha-pengusaha lokal di bidangnya masing-masing.
Hanya saja kesan miring terhadap sektor informal kiranya perlu segera diverifikasi agar mahasiswa tidak minder untuk terjun ke dalam sektor informal menjadi seorang wirausahawan. Salah satu kesan miring tersebut adalah adanya asumsi bahwa sektor informal merupakan wilayah kaum miskin. Disamping itu sektor informal dipandang tidak memberikan status sosial bagi yang menggelutinya merupakan pukulan bagi mereka yang tidak memiliki mental “entrepreneurship”.
untuk memasuki sektor informal menjadi wirausahawan perlu untuk mempersiapkan diri dengan berbahai hal (A. Gymnastiar, 2002), yaitu:
1.      Memiliki sikap mental yang ulet. Oleh karena itu seorang wirausaha tidak memiliki kamus “malas” dalam kesehariannya.
2.      Mampu menciptakan lingkungan yang kondusif. Artinya seorang wirausahawan harus bisa memilih lingkungan dimana lingkungan itu mampu untuk selalu memacu dirinya memiliki semangat kewirausahaan yang tangguh.
3.      Menjalin hubungan baik. Hal ini bisa dilakukan dengan membuat jaringan sebanyak-banyaknya sehingga dapat memperkaya pengetahuan dan pengalaman khususnya dalam bidang kewirausahaan.
MENJADI BOSS: MENGAPA TIDAK?
Boss, mungkin kata-kata itu sering kita dengar untuk menyebutkan orang memiliki uang banyak, atau kedudukan, atau dapat juga sebutan bagi mereka yang memiliki pengaruh. Ketika kita menanyakan pada diri kita sendiri, mungkinkah seorang wirausaha akan menjadi boss? mengapa tidak?. Suatu hal yang sangat mungkin terjadi bagi seorang wirausaha untuk menjadi boss.
Dari Sisi Keuangan:
Seorang wirausaha akan dapat mengatur dirinya sendiri guna mendapatkan uang. Kegigihan seorang wirausahawan sangat menentukan seberapa besar dia dapat menghasilkan uang. Semakin ulet mental seorang wirausahawan maka akan semakin banyak dia bisa menghasilkan uang. Apalagi kalau ditambah dengan lingkungan yang kondusif dan banyaknya relasi.
Sehingga tidak ada alasan bahwa seorang wirausahawan tidak bisa kaya. Oleh karena itu harus ada keyakinan dari seorang wirausahawan bahwa dirinya bisa kaya dan bisa jadi seorang boss.
Dari Sisi Kedudukan.
Seorang wirausaha memiliki kedudukan yang sangat tinggi, karena dia tidak memiliki atasan langsung. Oleh karena itu seorang wirausahawan adalah seorang boss, minimal bagi dirinya sendiri. Perkembangan usaha seorang wirausaha akan sangat membantu menjadikan dia seorang boss yang sebenarnya.
Dari Sisi Pengaruh.
Sebagai seorang wirausahawan maka tentunya dia memiliki pengaruh dan daya tawar terhadap masyarakat. Oleh karena itu tidak jarang pada saat ini para politisi banyak yang barangkat dari seorang wirausahawan, hal ini dikarenakan mereka memiliki posisi tawar yang tinggi. Dengan demikian maka seorang wirausahawan akan memiliki pengaruh, dan ini sangat tergantung pada tingkat keberhasilannya sebagai wira usaha.
BOSS: SEBUAH PERENUNGAN
Dari urain diatas maka nampaknya Tidak sulit untuk menjadi seorang boss, hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatian untuk menjadi seorang boss. Beberapa hal tersebut diantaranya (A. Gymnastiar, 2002) adalah:
1.      Kejernihan berfikir, yaitu seorang wirausahawan harus bisa berfikir secara jernih apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya. Hal ini bukan berarti bahwa seorang wirausaha takut bertindak, tetapi seorang wirausahawan harus bertindak secara hati-hati dan penuh perhitungan.
2.      Keunggulan berfikir, yaitu seorang wirausahawan harus memiliki pemikiran-pemikiran “baru” sehingga dia tidak hanya pandai meniru tetapi paling tidak mampu membuat modifikasi dari usaha-usaha yang sudah ada. Dengan keunggulan berfikir seorang wirausahawan akan mampu eksis dalam bidang usahanya.
3.      Keunggulan berkarya, dimana seorang wirausaha tidak boleh hanya berhenti pada konsep pemikiran saja tetapi harus dituangkan dalam suatu karya nyata. Dengan karya tersebut seorang wirausaha akan dapat menunjukkan kemampuan dirinya dalam bidang yang ditekuni.
Akhirnya kita harus memiliki keyakinan penuh bahwa boss-boss baru dan pengusaha-pengusaha baru akan bisa muncul dari program kewirausahaan.

SUMBER BACAAN
Abdullah Gymnastiar, (2002). Menjadi Muslim Prestatif, MQS Pustaka Grafika, Bandung.

Alan Gilbert dan Josef Gugler, (1996). Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga, PT. Tara Wacana, Yogyakarta.


[1])  Disampaikan pada pembekalan program kewirausahaan mahasiswa Universitas Surakarta, kerjasama antara LP3M Universitas Surakarta, Progdi Teknik Mesin Universitas Surakarta dan Dinas P dan K Propinsi Jawa Tengah.
[2]) Kepala Lembaga Pengembangan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Surakarta.